September 19, 2023  •  8 Menit Baca

Mengenal Tradisi Pingitan Adat Jawa

tradisi pingitan adat jawa

Indonesia, dengan kekayaan budaya dan tradisi yang beraneka ragam, menyimpan cerita menarik tentang warisan tradisionalnya. Salah satu budaya yang mencuri perhatian banyak orang adalah tradisi “Pingitan” dalam adat Jawa. Di tengah era modern yang serba terbuka, tradisi ini memancarkan pesona dan makna yang tak tergoyahkan. Memahami bagaimana tradisi ini telah bertahan dan beradaptasi seiring perkembangan zaman adalah seperti membuka lembaran sejarah yang menarik.

Tradisi Pingitan ini tak sekadar berasal dari budaya Jawa, melainkan juga telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa selama berabad-abad. Di masa lalu, istilah “pingit” yang berarti “tertutup” atau “terisolasi” mencerminkan norma sosial ketat dalam pergaulan antara pria dan wanita. Dalam konteks ini, menjelajahi akar budaya ini dapat memberikan wawasan yang menarik mengenai bagaimana pandangan tentang hubungan antara gender telah berubah seiring berjalannya waktu. 

Artikel kali ini akan mengulas tradisi pingitan adat Jawa untuk mempersiapkan pernikahan anda bersama dengan pasangan.

Filosofi Tradisi Pingitan

Filosofi yang melandasi tradisi pingitan dalam adat Jawa adalah refleksi dari pandangan masyarakat terhadap kesucian, introspeksi, dan perenungan diri. Dalam filosofi ini, pengasingan seseorang dari dunia luar dianggap sebagai suatu cara untuk mencapai ketenangan batin, membersihkan diri dari pengaruh buruk, serta memperdalam pemahaman tentang nilai-nilai hidup yang lebih dalam. 

Tradisi pingitan menjadi wadah untuk mengembangkan kesadaran diri dan mengatasi tantangan emosional atau spiritual yang mungkin dihadapi. Pengasingan dari hiruk-pikuk dunia luar memberikan peluang untuk merenung, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri pada hal-hal suci. Dalam konteks agama, tradisi ini juga sering dikaitkan dengan upaya mendekatkan diri pada Tuhan melalui meditasi, doa, dan pertapaan. 

Apakah Anda Memerlukan Jasa Planner Pernikahan Profesional?

"(Required)" indicates required fields

✓ Valid number ✕ Invalid number
Hidden

"(Required)" indicates required fields

✓ Valid number ✕ Invalid number
Hidden

Masa Pingitan Kartini

Waktu isolasi yang dijalani oleh Kartini muda, yang dikenal sebagai seorang individu yang energetik dan ceria, harus dihentikan. Caranya berbicara dan bertingkah laku harus mencerminkan budi pekerti seorang bangsawan yang sejati, bergerak maju dengan hati-hati dan perlahan. Kartini juga diharuskan untuk merendahkan kepala saat anggota keluarga yang lebih senior berjalan melewati, serta mematuhi beragam norma adat yang harus dipelajari dan diikuti. 

Bagi RA Kartini, periode isolasi ini diisi dengan kesedihan dan kesendirian, karena tidak ada dukungan yang mengapresiasi gagasannya tentang memperjuangkan hak-hak perempuan. Selama menjalani masa isolasi tersebut, Kartini menyadari bahwa meratapi nasibnya tidak akan mengatasi masalah; yang diperlukan saat itu adalah usaha dan perjuangan.

Membaca Adalah Alternatif Pada Saat Masa Pingitan

Kartini menggunakan periode isolasi untuk memenuhi kecintaannya terhadap membaca. Dia membaca berbagai macam buku, surat kabar, atau majalah dengan topik yang bervariasi. Kartini memiliki kemampuan untuk menilai dan mengkritik isi buku-buku yang dia baca. Aktivitas membaca dan mencatat menjadi kegiatan rutin yang memelihara semangat Kartini dalam mewujudkan impian untuk mewujudkan kesetaraan hak dan kedudukan antara pria dan wanita. 

Selama empat tahun masa isolasi, Kartini hanya keluar dari lingkungan rumah sebanyak lima kali. Salah satunya adalah saat dia melakukan ziarah ke makam keluarga pada awal bulan puasa. Menjalani masa isolasi bersama tiga saudaranya memberikan rasa yang lebih ringan terhadap beban yang dirasakannya. Perubahan yang diinisiasi oleh Kartini mendorong Bupati Sosroningrat untuk lebih fleksibel dalam mengikuti aturan isolasi.

Manfaat Tradisi Pingitan

Memperkuat Perasaan Pasangan

Apabila umumnya calon pengantin sering bertemu dengan pasangan hanya untuk menyapa atau merindukan satu sama lain, maka periode pembatasan mungkin akan menjadi cobaan utama bagi mereka berdua, terutama jika periode tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. 

Larangan untuk keluar rumah ternyata dapat mengakibatkan timbulnya rasa rindu yang sangat kuat, sehingga perasaan tersebut akan terus meningkat setiap harinya. Inilah sebabnya mengapa perasaan “manglingi” akan melintas dalam pikiran mempelai pria saat ia pertama kali melihat kekasih hatinya sebagai istri pada hari pernikahan mereka.

Merelaksasikan Tubuh

Mendekati hari pernikahan, biasanya calon pengantin akan sibuk dengan rangkaian persiapan yang penting, mulai dari mengatur undangan, berkoordinasi dengan vendor, hingga mencoba baju pengantin.

Tahapan-tahapan ini berpotensi menghabiskan tenaga dan pikiran kedua mempelai. Terkadang, selama masa ini, banyak dari mereka yang tidak memiliki waktu untuk istirahat pribadi karena harus menyelesaikan banyak tugas sebelum akhirnya mengambil cuti yang lebih panjang. Oleh karena itu, jangka waktu persiapan ini dapat digunakan untuk meremajakan tubuh anda. Biarkan semua beban pikiran anda hilang, dan percayakan semua hal tersebut kepada para vendor pernikahan anda. 

Waktunya untuk Merawat Diri

Selain menjadi waktu untuk beristirahat, masa persiapan ini dapat digunakan sebagai peluang untuk merawat diri. Anda dapat mengembalikan pola hidup sehat yang mungkin sempat terganggu, dengan rajin berolahraga, tidur cukup, mengonsumsi banyak air putih, dan menghindari makanan yang kaya gula. 

Hal ini sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh hingga hari pernikahan tiba. Sementara itu, berbagai aktivitas perawatan tubuh juga disarankan sebagai langkah persiapan sebelum menyambut pernikahan. Anda dapat melakukan berbagai perawatan sederhana ini di rumah, seperti memanggil layanan pijat ke rumah, merawat kuku, mencukur bulu, perawatan rambut menyeluruh, rutinitas perawatan kulit, hingga menjaga kebersihan daerah pribadi. 

Menghindari Bahaya

Banyak komunitas dengan latar belakang Jawa masih memegang keyakinan bahwa masa-masa menjelang pernikahan sangat rawan terhadap berbagai bentuk ancaman. Bahkan, hambatan-hambatan ini berpotensi merusak hubungan antara calon pengantin, dan dampaknya bisa mengakibatkan rencana pernikahan menjadi tidak berhasil. 

Keyakinan ini berasal dari warisan tradisional Jawa, di mana situasi buruk tersebut dikenal dengan istilah “sarap,” “sawan,” dan “sambekalo” (yang merujuk pada hal-hal yang tidak terlihat). Karena alasan ini, beberapa calon pengantin yang menjalani masa persiapan ini juga disarankan untuk minum “jamu sawanan” agar dapat menjauhkan diri dari kemungkinan masalah yang tidak diinginkan, seperti penyakit, kecemasan berlebih, atau konflik yang tidak berujung.

Memperkuat Kepercayaan dan Kesabaran

Berinteraksi dengan pasangan selalu memberikan kegembiraan. Namun, terlalu sering bertemu juga bisa menghambat pengujian sejauh mana tingkat kepercayaan antara Anda dan pasangan, terutama jika kualitas hubungan belum benar-benar diuji. 

Dengan tidak langsung, manfaat dari masa persiapan ini dapat memupuk rasa saling percaya di antara calon pengantin, sehingga curiga dan keputusan impulsif dapat dihindari. Durasi dari periode persiapan ini juga dapat mengembangkan tingkat kesabaran yang tinggi, yang akan menjadi modal berharga untuk menjalani kehidupan berumah tangga di masa depan.

Tata Cara Tradisi Pingitan Adat Jawa

Dalam budaya Suku Jawa, pelaksanaan tata cara pingitan diterapkan pada calon pengantin wanita. Ketika menjalani masa pingitan, calon pengantin wanita dilarang meninggalkan rumah dan berinteraksi dengan siapa pun, bahkan calon pengantin pria. 

Selama periode pingitan ini, juga dijadikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan merawat diri sebelum menjadi seorang istri resmi. Selain itu, selama masa ini, disarankan agar calon pengantin wanita mendalami pengetahuan agama guna mempersiapkan diri secara rohani untuk pernikahan dan kehidupan berumah tangga yang akan datang.

Mengenal Tradisi Pingitan Adat Jawa

Itulah dia tadi tradisi pingitan adat Jawa. Masih ada lagi tradisi-tradisi lainnya di Indonesia. Apabila anda ingin melangsungkan pernikahan di Indonesia, maka tradisi ini penting adanya dalam pernikahan anda.

Nah, jika anda menyukai ulasan kali ini. Anda bisa melihat ulasan lainnya seputaran pernikahan di halaman blog kami lainnya.

Dewi author at Bali Wedding
Seseorang yang telah berkecimpung di dunia wedding sejak tahun 2020. Menulis berbagai topik tentang pernikahan di beberapa platform digital.

Artikel Terkait

Seperti Apa Pernikahan Impian Anda?

Hubungi kami sekarang, kami akan memberikan Anda vendor pernikahan terbaik untuk mewujudkan pernikahan impian Anda.